This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, February 12, 2013

Merkuri; Dampaknya Bagi Kesehatan serta Penanggulangannya


Merkuri  (air raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang  banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu - batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai  senyawa anorganik dan organik. Umumnya kadar dalam tanah, air dan  udara  relatif rendah. Berbagai jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadar ini, misalnya aktivitas penambangan yang dapat menghasilkan merkuri sebanyak 10.000 ton/tahun. Pekerja yang  mengalami pemaparan terus menerus terhadap Hg pada kadar 0,05 mg/m3 udara menunjukkan gejala nonspesifik berupa neurastenia, sedangkan pada kadar 0,1 – 0,2  mg/m3 menyebabkan tremor. Dosis fatal garam merkuri  adalah  1 gr.

Merkuri   merupakan logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan  berwarna abu-abu,  tidak berbau dengan berat  molekul  200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen bromida dan hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid. Tidak tercampurkan dengan  oksidator, halogen, bahan-bahan   yang mudah terbakar,  logam, asam, logam  carbide dan amine.
Toksisitas merkuri berbeda sesuai  bentuk kimianya, misalnya merkuri inorganik bersifat toksik pada ginjal, sedangkan merkuri organik seperti  metil merkuri  bersifat  toksis pada sistim syaraf pusat.

Dikenal   3  bentuk   merkuri, yaitu:
  1. Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta  untuk produksi klorin  dari sodium klorida.
  2. Merkuri inorganik dalam bentuk Hg++ (Mercuric) dan Hg+ (Mercurous)  Misalnya: 1. Merkuri Klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan; 2. Mercurous Chloride (HgCl) yang digunakan  untuk teething powder dan laksansia (calomel); 3. Mercurous Fulminate yang bersifat mudah terbakar.
  3. Merkuri organik terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain: - Metil Merkuri dan Etil Merkuri  yang keduanya  termasuk bentuk alkil  rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb, dapat menyebabkan gangguan neurologis dan kongenital; - Merkuri dalam bentuk Alkil  dan Aryl rantai panjang dijumpai  sebagai antiseptik dan fungisida.
Dampak Merkuri terhadap Kesehatan

1.   Merkuri Elemental (Hg)
Inhalasi paling sering menyebabkan keracunan. Tertelan ternyata tidak menyebabkan  efek toksik karena absorpsinya yang  rendah  kecuali jika ada fistula atau penyakit inflamasi gastrointestinal  atau  jika  merkuri tersimpan untuk waktu lama di saluran gastrointestinal. Intravena dapat menyebabkan emboli paru. Karena bersifat larut dalam lemak, bentuk merkuri ini mudah melalui  sawar otak  dan  plasenta. Di otak ia akan berakumulasi di korteks cerebrum dan cerebellum dimana ia akan teroksidasi menjadi bentuk merkurik (Hg++) ion merkurik ini akan berikatan dengan sulfhidril dari protein enzim  dan protein seluler sehingga menggangu fungsi enzim dan transport sel. Pemanasan logam merkuri membentuk uap merkuri oksida yang bersifat korosif pada kulit, selaput mukosa mata, mulut, dan saluran pernafasan.
  • Pemaparan akut: Inhalasi  gas  merkuri dapat menyebabkan bronkhitis  korosif yang disertai febris, menggigil, dispnea, hemoptisis, pneumonia, edema paru  (Adult Respiratory Distress Syndrome), sianosis bahkan fibrosis paru.  Keluhan  gastrointestinal  berupa: mual, muntah, ginggivitis,  keram perut dan diare. Kerusakan sistim syaraf pusat berupa kelainan neuropsikiatrik (erethism), tremor, iritabilitas, emosi yang labil, hilang ingatan, cemas, depresi. sakit kepala, reflek abnormal dan  perubahan EEG.  Rash kemerahan dengan deskuamasi kulit  terutama pada tangan dan kaki  dijumpai terutama  pada anak-anak. Kelainan pada ginjal dapat berupa proteinuria, kelainan elektrolit urine, disuria dan sakit ejakulasi.  Efek psikiatri berupa depresi, perasaan malu, marah, iritabilitas, cemas, nafsu makan menurun  atau agresif. Pemaparan  merkuri melalui  intravena dapat menyebabkan emboli paru-paru  dengan hemoptysis dan pada foto thorax dijumpai densitas metalik. Granulomas dapat terbentuk setelah injeksi merkuri elemen.
  • Pemaparan kronis: Menimbulkan triad yang klasik, yaitu: ginggivitis dan salivasi,  tremor dan perubahan neuropsikiatri. Gangguan psikiatri berupa depresi, perasaan malu, marah, cemas,  iritabilitas, agresif,  hilang ingatan, hilangnya kepercayaan diri, sukar tidur, tidak nafsu makan atau tremor ringan. Selain itu dapat dijumpai kelainan pada ginjal berupa proteinuri. 


2.   Merkuri  Inorganik
Sering diabsorpsi  melalui gastrointestinal, paru-paru dan kulit. Pemaparan  akut dan kadar tinggi dapat menyebabkan gagal ginjal sedangkan  pada pemaparan kronis
dengan dosis rendah dapat menyebabkan proteinuri, sindroma nefrotik dan nefropati yang berhubungan dengan gangguan imunologis.
  • Pemaparan akut: Setelah menelan zat ini  timbul gejala iritasi mukosa berupa stomatitis, rasa logam, rasa panas, hipersalivasi, edema laring,  erosi oesofagus,  mual, muntah, hematemesis, hematokhezia, keram perut,  ARDS, shock dan gangguan ginjal berupa proteinuri, hematuri dan glikosuri. Gagal ginjal akut dapat terjadi dalam 24 jam. Perdarahan gastrointestinal  dapat menyebabkan anemia dan syok hipovolemi. Kontak pada kulit akibat penggunaan krem yang mengandung garam merkuri dapat menimbulkan pigmentasi, rasa terbakar dan dapat menyebabkan toksisitas sistemik. HgCl2 dapat menyebabkan iritasi kulit sedangkan merkuri fulminat dan merkuri sulfida menyebabkan dermatitis kontak. Penggunaan calomel (HgCl)  dapat menyebabkan Pink’s disease pada anak-anak  yang ditandai: rash eritematosus, febris, splenomegali, iritabilitas dan hipotonia.
  • Pemaparan kronis: Menimbulkan triad yang klasik, yaitu: ginggivitis dan salivasi,  tremor dan perubahan neuropsikiatri. Aplikasi garam merkuri  pada kulit dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan neuropati perifer, nefropati,  eritema, dan pigmentasi. 


3.   Merkuri Organik
Terutama bentuk rantai pendek alkil (metil merkuri) dapat menimbulkan degenerasi neuron di korteks cerebri dan cerebellum dan mengakibatkan parestesi distal, ataksia, disartria, tuli dan penyempitan lapang pandang. Metil merkuri  mudah pula melalui plasenta dan berakumulasi dalam fetus yang mengakibatkan kematian dalam kandungan dan cerebral palsy.
  • Pemaparan akut: Menyebabkan iritasi gastrointestinal  berupa  mual, muntah, sakit perut dan diare. Keracunan  Phenyl mercury (merkuri aromatis) menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal, malaise, mialgia dan syndrome mimic viral. Keracunan  metil merkuri menyebabkan efek pada gastrointestinal yang lebih ringan tetapi menimbilkan toksisitas neurologis yang berat berupa rasa sakit pada bibir, lidah dan pergerakan (kaki dan tangan), konfusi, halusinasi, iritabilitas, gangguan tidur, ataxia, hilang ingatan, sulit bicara, kemunduran cara berpikir, reflek tendon yang abnormal, pendengaran rusak, lapangan penglihatan mendekati konsentris, emosi tidak stabil, tidak mampu berpikir, stupor, coma dan kematian (Clarkson, 1990 ; Marsh et al, 1987 ).
  • Pemaparan kronis: Menyebabkan suatu sindroma yang kronis. Penelanan kronik bentuk alkil yantai pendek (metil merkuri) menyebabkan disartria, parestesi, ataxia dan tuli. Dapat pula terjadi Tunnel vision dan skotoma multipel atau erethism. Keracunan  Fenil merkuri dan methoxyethil  merkuri menimbulkan   gangguan yang sama dengan pemaparan kronis merkuri inorganik. 
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium: Hb, Leukosit, Trombosit, Analisa gas darah, elektrolit, kreatinin, urea N, Gula darah,Urine.

Kadar merkuri  darah pada pemaparan akut merkuri elemental dan inorganik.
  1. Secara normal kadar merkuri dal;am darah adalah  < 4 ug/dl.
  2. Beratnya gejala keracunan bentuk alkil rantai pendek berhubungan dengan kadar dalam darah.
  3. Pada kadar 20-50 ug/dl  biasanya menimbulkan gejala dan  pada 150 ug/dl  berdampak fatal.

Kadar merkuri (kecuali  merkuri alkyl rantai pendek) dalam urine 24 jam.
  • Normal:     < 10 ug/L
  • Terpapar dengan jelas:     >  100 ug/L
  • Simtomatik:     > 300 ug/L.
Catatan: Beratnya gejala tidak berhubungan dengan kadar dalam urine

Penanggulangan

  • Untuk keracunan akibat penelanan merkuri, pengosongan lambung mungkin diperlukan. Karbon aktif dan larutan katartik mungkin juga bermanfaat.
  • Terapi Chelation: Biasanya diberikan  pada pasien keracunan merkuri yang simtomatik, kecuali  alkil rantai pendek yang diekskresi melalui  empedu.
  • D-PENICILLAMINE: Indikasi: diberikan pada kasus keracunan gas merkuri dan merkuri inorganik yang tidak berat, keracunan merkuri elemental kronis dan neuropati akibat  merkuri inorganik; Kontra indikasi: pasien yang alergi penicillin.; Dosis: peroral  dewasa 100 mg/kg/hari sampai maksimal 1 gram/hari dibagi dalam 4 dosis, selama 5 hari. Pasien  perlu dimonitor  adanya proteinuria. Terapi dihentikan jika terjadi: febris, rash, leukopeni dan trombositopenia. Efek  merugikan lainnya: nausea, vomitus, neuritis optikus dan sindroma lupus.
  • BAL ( Dimercaprol): Indikasi:  keracunan merkuri inorganik yang berat,  pasien simtomatik, adanya kerusakan ginjal  atau alergi  penisilin. Kontra indikasi: pasien keracunan metil merkuri (merkuri organik) karena BAL meningkatkan kadar merkuri pada sistim syaraf pusat. Dosis: 3-5 mg/kg/dosis IM setiap 4 jam selama  48 jam pertama; dilanjutkan  2,5-3 mg/kg setiap  6 jam selama 48 jam kedua, selanjutnya  2,5 – 3 mg/kg setiap 12 jam selama 7 hari berikutnya. Urine diusahakan agar selalu dalam kondisi alkali.
Referensi:
Dreisbach RH, Robertson WOHandbook of Poisoning, 12th ed, Appleton&Lange, California, 1987, 238-242.
Elberger ST, Brody GM, Cadmium, Mercury, and Arsenic, in: Viccellio P, (Editor). Handbook of Medical Toxicology, First edition, Little, Brown and Co. Boston. 1993, 286-288.
Ellenhorn, MJ, Schonwald S, Ordog G, Wasserberger J. Ellenhorn’s Medical Toxicology Diagnosis & Treatment of  Human Poisoning. Second Ed,. Williams & Wilkins, Baltimore,  1997, 1588 – 1590.
Kosnett MJMercury, in:  Olson KR (Editor). Poisoning & Drug Overdose.  2nd edition,. Prentice Hall Int
Inc,  London,  1994,  210-213.
POISINDEX ® Editorial System Staff, Mercury,  (Management /Treatment Protocol) in Rumack BH &
Spoerke DG (Eds), POISINDEX ® Information System,  Micromedex  Englewood, Co, 2000.




Monday, February 11, 2013

Fisiologi Hiu


Kulit
Kulit Hiu terdiri dari dua lapisan, epidermis di bagian luar dan dermis dibagian dalam. Epidermis terdiri dari sel sel mati yang diproduksi ooleh dermis, dan lapisan dermis itu sendiri terdiri dari jaringan ikat, serat otot, sel sel syaraf sensorik dan pembulu darah kapiler. Dermis juga merupakan landasan dasar dermal denticles yang menutupi kulit hiu. Dentikel adalah sekumpulan gigi gigi kecil yang menyerupai sisik yang mencuat kepermukaan kulit melalui jaringan epidermis, dan bagian terluar dari dentikel ditempati oleh email (bahan terluar pada lapisan gigi manusia), kemudian dentin dibawahnya, dan rongga pulpa dibagian tengah bersama sel sel syaraf dan pembuluh darah. Sama seperti gigi hiu, dentikel ini juga tanggal dan terus berganti selama masa hidupnya.
Bentuk dan orientasi dari dentikel tersebut, memungkinkan aliran air melewati tubuh hiu secara langsung, ini sangat berguna untuk meningkatkan efisiensi dan menguragi hambatan/gesekan (turbulensi) pada saat hiu berenang.


Kerangka
kerangka ikan hiu terdiri dari tulang rawan, ini adalah struktur yang fleksibel yang berkembang dengan hiu dan lebih ringan dari tulang sejati. Ini terdiri dari sel-sel khusus yang disebut kondrosit yang menghasilkan matriks ekstraselular dari serat kolagen, elastin, dan serat proteoglikan.
Tulang sejati pada dasarnya adalah tulang rawan yang telah dikeraskan oleh kalsifikasi mineral, di mana kristal kalsium memberikan kekerasan dan kekakuan ekstra. Pengapuran tidak terjadi di beberapa bagian hiu termasuk tulang belakang, gigi, bagian rahang, batang sirip  dan dentikel.

Pernapasan
Semua hiu memiliki 5-7 celah insang. Setiap lengkungan insang berisi filamen (jumbai ganda yang berbulu), terdiri dari lamellae yang seperti daun kecil. Lamellae ini mengandung kapiler, dimana darah mengalir melaluinya, oksigen dari air laut yang konsentrasinya relatif tinggi berdifusi dengan konsentrasi yang lebih rendah dalam darah dan karbon dioksida keluar melalui arah yang berlawana.
Sistem ini dioptimalkan oleh prinsip arus berlawanan; air masuk melalui ingsang dari depan ke belakang, darah mengalir didalam insang dari belakang ke depan, sehingga memberikan gradasi konsentrasi antara kandungan oksigen dalam air dan kandungan oksigen dalam darah.

Kelangsungan pasokan air ke insang disediakan baik oleh "ventilasi ram", saat hiu berenang ke depan air ditarik ke dalam mulut dan diperas keluar melalui celah insang atau "pompa buccal" pada hiu yang mendiami dasar laut yang sering dibantu oleh spirakel (terletak di belakang mata) yang merupakan vestigial pertama celah insang yang menyediakan darah beroksigen langsung ke mata dan otak. Pada beberapa hiu pelagis aktif (misalnya: Mako shortfin, Isurus oxyrinchus) yang sebagian kemampuan spirakelnya telah berkurang atau tidak ada dan kemampuan untuk secara aktif memompa air di insang telah hilang, sehingga mereka disebut "obligat ram ventilator" yang berarti hiu ini harus tetap berenang agar dapat bernafas.


Otot
Hiu memiliki 3 kelas otot utama:
  1. Otot Cardiac di jantung yang bekerja terus menerus.
  2. Otot Visceral / otot polos ditemukan di berbagai bagian internal seperti usus, arteri, ekskretoris, dan organ reproduksi. Kontraksi otot-otot ini memungkinkan organ dalam melalui bagian ini.
  3. Otot Rangka yang menggerakkan kerangka yang terdiri dari 2 jenis:
  • Otot Merah hadir di lapisan tipis di bawah kulit ikan hiu, ini bekerja dengan memecah lemak dalam tubuh hiu. Memiliki suplai darah yang baik dan memungkinkan hiu untuk berenang perlahan untuk waktu yang lama tanpa lelah.
  • Otot Putih bekerja dengan menggunakan energi dari pemecahan gula, memiliki suplai darah yang buruk dan hanya digunakan untuk berenang secara cepat namun singkat ketika mengejar mangsa atau menghindari bahaya.
Darah
Darah hiu terdiri dari 55 % plasma yang berisi: air (90%), protein terlarut, glukosa, mineral, hormon, gas, trombosit dan sel darah (eritrosit - sel darah merah, leukosit - sel darah putih dan trombosit). Sel darah merah mengandung hemoglobin, berfungsi mengikat oksigen yang akan dikirim ke seluruh tubuh hiu.
Sel darah putih bertanggung jawab untuk fungsi kekebalan tubuh dan mencakup:
  1. Limfosit, yang terdapat 2 jenis: limfosit B dan limfosit T, mereka membentuk 40-60% dari semua sel darah putih yang beredar.
  2. Granulosit, yang terdapat 3 jenis: heterophils, eosinofil dan basofil, ini bervariasi dalam ukuran, bentuk dan jumlah tergantung pada kondisi hiu saat ini, namun mereka umumnya merupakan 20-50%, 2-3%, dan kurang dari 1% masing-masing dari total sel darah putih.
  3. Monosit dan Makrofag merupakan sekitar 3% dari semua sel darah putih.
Trombosit diperkirakan berperan dalam pembekuan darah dan juga mungkin memiliki fungsi kekebalan tubuh tersebut membentuk hingga 20% dari sel darah hiu.

Kekebalan
Hiu memiliki 2 jenis kekebalan:
  1. Imunitas alami atau bawaan, ini menjadi garis pertahanan pertama terhadap serbuan patogen (sesuatu yang menyebabkan penyakit misalnya: bakteri atau virus). Hal ini sering disebut tidak-spesifik karena tidak tergantung pada peparan sebelumnya atau pengenalan molekul yang berbeda.
  2. Imunitas spesifik atau adaptif adalah ketika memori imunologi dihasilkan menyusul paparan awal untuk suatu patogen menular, sehingga jika patogen bertemu kembali sistem kekebalan tubuh dapat mengenali dan menyerang lebih cepat dan lebih efektif.

Suhu (Dalam tahap perampungan)

Gigi dan Rahang (Dalam tahap perampungan)

Organ Jantung Hiu (Dalam tahap perampungan)

Perut (Dalam tahap perampungan)

Hati (Dalam tahap perampungan)

Usus (Dalam tahap perampungan)

Ginjal (Dalam tahap perampungan)

Jaringan Lymphomyeloid (Dalam tahap perampungan)

Sistem Reproduksi: (Dalam tahap perampungan)
Jantan
Betina

Fertilisasi (Dalam tahap perampungan)

Virgin (Dalam tahap perampungan)

Penggerak (Dalam tahap perampungan)