This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, February 12, 2013

Merkuri; Dampaknya Bagi Kesehatan serta Penanggulangannya


Merkuri  (air raksa, Hg) adalah salah satu jenis logam yang  banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu - batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai  senyawa anorganik dan organik. Umumnya kadar dalam tanah, air dan  udara  relatif rendah. Berbagai jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadar ini, misalnya aktivitas penambangan yang dapat menghasilkan merkuri sebanyak 10.000 ton/tahun. Pekerja yang  mengalami pemaparan terus menerus terhadap Hg pada kadar 0,05 mg/m3 udara menunjukkan gejala nonspesifik berupa neurastenia, sedangkan pada kadar 0,1 – 0,2  mg/m3 menyebabkan tremor. Dosis fatal garam merkuri  adalah  1 gr.

Merkuri   merupakan logam yang dalam keadaan normal berbentuk cairan  berwarna abu-abu,  tidak berbau dengan berat  molekul  200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hidrogen bromida dan hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid. Tidak tercampurkan dengan  oksidator, halogen, bahan-bahan   yang mudah terbakar,  logam, asam, logam  carbide dan amine.
Toksisitas merkuri berbeda sesuai  bentuk kimianya, misalnya merkuri inorganik bersifat toksik pada ginjal, sedangkan merkuri organik seperti  metil merkuri  bersifat  toksis pada sistim syaraf pusat.

Dikenal   3  bentuk   merkuri, yaitu:
  1. Merkuri elemental (Hg): terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa, amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta  untuk produksi klorin  dari sodium klorida.
  2. Merkuri inorganik dalam bentuk Hg++ (Mercuric) dan Hg+ (Mercurous)  Misalnya: 1. Merkuri Klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan; 2. Mercurous Chloride (HgCl) yang digunakan  untuk teething powder dan laksansia (calomel); 3. Mercurous Fulminate yang bersifat mudah terbakar.
  3. Merkuri organik terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain: - Metil Merkuri dan Etil Merkuri  yang keduanya  termasuk bentuk alkil  rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan. Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tsb, dapat menyebabkan gangguan neurologis dan kongenital; - Merkuri dalam bentuk Alkil  dan Aryl rantai panjang dijumpai  sebagai antiseptik dan fungisida.
Dampak Merkuri terhadap Kesehatan

1.   Merkuri Elemental (Hg)
Inhalasi paling sering menyebabkan keracunan. Tertelan ternyata tidak menyebabkan  efek toksik karena absorpsinya yang  rendah  kecuali jika ada fistula atau penyakit inflamasi gastrointestinal  atau  jika  merkuri tersimpan untuk waktu lama di saluran gastrointestinal. Intravena dapat menyebabkan emboli paru. Karena bersifat larut dalam lemak, bentuk merkuri ini mudah melalui  sawar otak  dan  plasenta. Di otak ia akan berakumulasi di korteks cerebrum dan cerebellum dimana ia akan teroksidasi menjadi bentuk merkurik (Hg++) ion merkurik ini akan berikatan dengan sulfhidril dari protein enzim  dan protein seluler sehingga menggangu fungsi enzim dan transport sel. Pemanasan logam merkuri membentuk uap merkuri oksida yang bersifat korosif pada kulit, selaput mukosa mata, mulut, dan saluran pernafasan.
  • Pemaparan akut: Inhalasi  gas  merkuri dapat menyebabkan bronkhitis  korosif yang disertai febris, menggigil, dispnea, hemoptisis, pneumonia, edema paru  (Adult Respiratory Distress Syndrome), sianosis bahkan fibrosis paru.  Keluhan  gastrointestinal  berupa: mual, muntah, ginggivitis,  keram perut dan diare. Kerusakan sistim syaraf pusat berupa kelainan neuropsikiatrik (erethism), tremor, iritabilitas, emosi yang labil, hilang ingatan, cemas, depresi. sakit kepala, reflek abnormal dan  perubahan EEG.  Rash kemerahan dengan deskuamasi kulit  terutama pada tangan dan kaki  dijumpai terutama  pada anak-anak. Kelainan pada ginjal dapat berupa proteinuria, kelainan elektrolit urine, disuria dan sakit ejakulasi.  Efek psikiatri berupa depresi, perasaan malu, marah, iritabilitas, cemas, nafsu makan menurun  atau agresif. Pemaparan  merkuri melalui  intravena dapat menyebabkan emboli paru-paru  dengan hemoptysis dan pada foto thorax dijumpai densitas metalik. Granulomas dapat terbentuk setelah injeksi merkuri elemen.
  • Pemaparan kronis: Menimbulkan triad yang klasik, yaitu: ginggivitis dan salivasi,  tremor dan perubahan neuropsikiatri. Gangguan psikiatri berupa depresi, perasaan malu, marah, cemas,  iritabilitas, agresif,  hilang ingatan, hilangnya kepercayaan diri, sukar tidur, tidak nafsu makan atau tremor ringan. Selain itu dapat dijumpai kelainan pada ginjal berupa proteinuri. 


2.   Merkuri  Inorganik
Sering diabsorpsi  melalui gastrointestinal, paru-paru dan kulit. Pemaparan  akut dan kadar tinggi dapat menyebabkan gagal ginjal sedangkan  pada pemaparan kronis
dengan dosis rendah dapat menyebabkan proteinuri, sindroma nefrotik dan nefropati yang berhubungan dengan gangguan imunologis.
  • Pemaparan akut: Setelah menelan zat ini  timbul gejala iritasi mukosa berupa stomatitis, rasa logam, rasa panas, hipersalivasi, edema laring,  erosi oesofagus,  mual, muntah, hematemesis, hematokhezia, keram perut,  ARDS, shock dan gangguan ginjal berupa proteinuri, hematuri dan glikosuri. Gagal ginjal akut dapat terjadi dalam 24 jam. Perdarahan gastrointestinal  dapat menyebabkan anemia dan syok hipovolemi. Kontak pada kulit akibat penggunaan krem yang mengandung garam merkuri dapat menimbulkan pigmentasi, rasa terbakar dan dapat menyebabkan toksisitas sistemik. HgCl2 dapat menyebabkan iritasi kulit sedangkan merkuri fulminat dan merkuri sulfida menyebabkan dermatitis kontak. Penggunaan calomel (HgCl)  dapat menyebabkan Pink’s disease pada anak-anak  yang ditandai: rash eritematosus, febris, splenomegali, iritabilitas dan hipotonia.
  • Pemaparan kronis: Menimbulkan triad yang klasik, yaitu: ginggivitis dan salivasi,  tremor dan perubahan neuropsikiatri. Aplikasi garam merkuri  pada kulit dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan neuropati perifer, nefropati,  eritema, dan pigmentasi. 


3.   Merkuri Organik
Terutama bentuk rantai pendek alkil (metil merkuri) dapat menimbulkan degenerasi neuron di korteks cerebri dan cerebellum dan mengakibatkan parestesi distal, ataksia, disartria, tuli dan penyempitan lapang pandang. Metil merkuri  mudah pula melalui plasenta dan berakumulasi dalam fetus yang mengakibatkan kematian dalam kandungan dan cerebral palsy.
  • Pemaparan akut: Menyebabkan iritasi gastrointestinal  berupa  mual, muntah, sakit perut dan diare. Keracunan  Phenyl mercury (merkuri aromatis) menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal, malaise, mialgia dan syndrome mimic viral. Keracunan  metil merkuri menyebabkan efek pada gastrointestinal yang lebih ringan tetapi menimbilkan toksisitas neurologis yang berat berupa rasa sakit pada bibir, lidah dan pergerakan (kaki dan tangan), konfusi, halusinasi, iritabilitas, gangguan tidur, ataxia, hilang ingatan, sulit bicara, kemunduran cara berpikir, reflek tendon yang abnormal, pendengaran rusak, lapangan penglihatan mendekati konsentris, emosi tidak stabil, tidak mampu berpikir, stupor, coma dan kematian (Clarkson, 1990 ; Marsh et al, 1987 ).
  • Pemaparan kronis: Menyebabkan suatu sindroma yang kronis. Penelanan kronik bentuk alkil yantai pendek (metil merkuri) menyebabkan disartria, parestesi, ataxia dan tuli. Dapat pula terjadi Tunnel vision dan skotoma multipel atau erethism. Keracunan  Fenil merkuri dan methoxyethil  merkuri menimbulkan   gangguan yang sama dengan pemaparan kronis merkuri inorganik. 
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium: Hb, Leukosit, Trombosit, Analisa gas darah, elektrolit, kreatinin, urea N, Gula darah,Urine.

Kadar merkuri  darah pada pemaparan akut merkuri elemental dan inorganik.
  1. Secara normal kadar merkuri dal;am darah adalah  < 4 ug/dl.
  2. Beratnya gejala keracunan bentuk alkil rantai pendek berhubungan dengan kadar dalam darah.
  3. Pada kadar 20-50 ug/dl  biasanya menimbulkan gejala dan  pada 150 ug/dl  berdampak fatal.

Kadar merkuri (kecuali  merkuri alkyl rantai pendek) dalam urine 24 jam.
  • Normal:     < 10 ug/L
  • Terpapar dengan jelas:     >  100 ug/L
  • Simtomatik:     > 300 ug/L.
Catatan: Beratnya gejala tidak berhubungan dengan kadar dalam urine

Penanggulangan

  • Untuk keracunan akibat penelanan merkuri, pengosongan lambung mungkin diperlukan. Karbon aktif dan larutan katartik mungkin juga bermanfaat.
  • Terapi Chelation: Biasanya diberikan  pada pasien keracunan merkuri yang simtomatik, kecuali  alkil rantai pendek yang diekskresi melalui  empedu.
  • D-PENICILLAMINE: Indikasi: diberikan pada kasus keracunan gas merkuri dan merkuri inorganik yang tidak berat, keracunan merkuri elemental kronis dan neuropati akibat  merkuri inorganik; Kontra indikasi: pasien yang alergi penicillin.; Dosis: peroral  dewasa 100 mg/kg/hari sampai maksimal 1 gram/hari dibagi dalam 4 dosis, selama 5 hari. Pasien  perlu dimonitor  adanya proteinuria. Terapi dihentikan jika terjadi: febris, rash, leukopeni dan trombositopenia. Efek  merugikan lainnya: nausea, vomitus, neuritis optikus dan sindroma lupus.
  • BAL ( Dimercaprol): Indikasi:  keracunan merkuri inorganik yang berat,  pasien simtomatik, adanya kerusakan ginjal  atau alergi  penisilin. Kontra indikasi: pasien keracunan metil merkuri (merkuri organik) karena BAL meningkatkan kadar merkuri pada sistim syaraf pusat. Dosis: 3-5 mg/kg/dosis IM setiap 4 jam selama  48 jam pertama; dilanjutkan  2,5-3 mg/kg setiap  6 jam selama 48 jam kedua, selanjutnya  2,5 – 3 mg/kg setiap 12 jam selama 7 hari berikutnya. Urine diusahakan agar selalu dalam kondisi alkali.
Referensi:
Dreisbach RH, Robertson WOHandbook of Poisoning, 12th ed, Appleton&Lange, California, 1987, 238-242.
Elberger ST, Brody GM, Cadmium, Mercury, and Arsenic, in: Viccellio P, (Editor). Handbook of Medical Toxicology, First edition, Little, Brown and Co. Boston. 1993, 286-288.
Ellenhorn, MJ, Schonwald S, Ordog G, Wasserberger J. Ellenhorn’s Medical Toxicology Diagnosis & Treatment of  Human Poisoning. Second Ed,. Williams & Wilkins, Baltimore,  1997, 1588 – 1590.
Kosnett MJMercury, in:  Olson KR (Editor). Poisoning & Drug Overdose.  2nd edition,. Prentice Hall Int
Inc,  London,  1994,  210-213.
POISINDEX ® Editorial System Staff, Mercury,  (Management /Treatment Protocol) in Rumack BH &
Spoerke DG (Eds), POISINDEX ® Information System,  Micromedex  Englewood, Co, 2000.




Monday, February 11, 2013

Fisiologi Hiu


Kulit
Kulit Hiu terdiri dari dua lapisan, epidermis di bagian luar dan dermis dibagian dalam. Epidermis terdiri dari sel sel mati yang diproduksi ooleh dermis, dan lapisan dermis itu sendiri terdiri dari jaringan ikat, serat otot, sel sel syaraf sensorik dan pembulu darah kapiler. Dermis juga merupakan landasan dasar dermal denticles yang menutupi kulit hiu. Dentikel adalah sekumpulan gigi gigi kecil yang menyerupai sisik yang mencuat kepermukaan kulit melalui jaringan epidermis, dan bagian terluar dari dentikel ditempati oleh email (bahan terluar pada lapisan gigi manusia), kemudian dentin dibawahnya, dan rongga pulpa dibagian tengah bersama sel sel syaraf dan pembuluh darah. Sama seperti gigi hiu, dentikel ini juga tanggal dan terus berganti selama masa hidupnya.
Bentuk dan orientasi dari dentikel tersebut, memungkinkan aliran air melewati tubuh hiu secara langsung, ini sangat berguna untuk meningkatkan efisiensi dan menguragi hambatan/gesekan (turbulensi) pada saat hiu berenang.


Kerangka
kerangka ikan hiu terdiri dari tulang rawan, ini adalah struktur yang fleksibel yang berkembang dengan hiu dan lebih ringan dari tulang sejati. Ini terdiri dari sel-sel khusus yang disebut kondrosit yang menghasilkan matriks ekstraselular dari serat kolagen, elastin, dan serat proteoglikan.
Tulang sejati pada dasarnya adalah tulang rawan yang telah dikeraskan oleh kalsifikasi mineral, di mana kristal kalsium memberikan kekerasan dan kekakuan ekstra. Pengapuran tidak terjadi di beberapa bagian hiu termasuk tulang belakang, gigi, bagian rahang, batang sirip  dan dentikel.

Pernapasan
Semua hiu memiliki 5-7 celah insang. Setiap lengkungan insang berisi filamen (jumbai ganda yang berbulu), terdiri dari lamellae yang seperti daun kecil. Lamellae ini mengandung kapiler, dimana darah mengalir melaluinya, oksigen dari air laut yang konsentrasinya relatif tinggi berdifusi dengan konsentrasi yang lebih rendah dalam darah dan karbon dioksida keluar melalui arah yang berlawana.
Sistem ini dioptimalkan oleh prinsip arus berlawanan; air masuk melalui ingsang dari depan ke belakang, darah mengalir didalam insang dari belakang ke depan, sehingga memberikan gradasi konsentrasi antara kandungan oksigen dalam air dan kandungan oksigen dalam darah.

Kelangsungan pasokan air ke insang disediakan baik oleh "ventilasi ram", saat hiu berenang ke depan air ditarik ke dalam mulut dan diperas keluar melalui celah insang atau "pompa buccal" pada hiu yang mendiami dasar laut yang sering dibantu oleh spirakel (terletak di belakang mata) yang merupakan vestigial pertama celah insang yang menyediakan darah beroksigen langsung ke mata dan otak. Pada beberapa hiu pelagis aktif (misalnya: Mako shortfin, Isurus oxyrinchus) yang sebagian kemampuan spirakelnya telah berkurang atau tidak ada dan kemampuan untuk secara aktif memompa air di insang telah hilang, sehingga mereka disebut "obligat ram ventilator" yang berarti hiu ini harus tetap berenang agar dapat bernafas.


Otot
Hiu memiliki 3 kelas otot utama:
  1. Otot Cardiac di jantung yang bekerja terus menerus.
  2. Otot Visceral / otot polos ditemukan di berbagai bagian internal seperti usus, arteri, ekskretoris, dan organ reproduksi. Kontraksi otot-otot ini memungkinkan organ dalam melalui bagian ini.
  3. Otot Rangka yang menggerakkan kerangka yang terdiri dari 2 jenis:
  • Otot Merah hadir di lapisan tipis di bawah kulit ikan hiu, ini bekerja dengan memecah lemak dalam tubuh hiu. Memiliki suplai darah yang baik dan memungkinkan hiu untuk berenang perlahan untuk waktu yang lama tanpa lelah.
  • Otot Putih bekerja dengan menggunakan energi dari pemecahan gula, memiliki suplai darah yang buruk dan hanya digunakan untuk berenang secara cepat namun singkat ketika mengejar mangsa atau menghindari bahaya.
Darah
Darah hiu terdiri dari 55 % plasma yang berisi: air (90%), protein terlarut, glukosa, mineral, hormon, gas, trombosit dan sel darah (eritrosit - sel darah merah, leukosit - sel darah putih dan trombosit). Sel darah merah mengandung hemoglobin, berfungsi mengikat oksigen yang akan dikirim ke seluruh tubuh hiu.
Sel darah putih bertanggung jawab untuk fungsi kekebalan tubuh dan mencakup:
  1. Limfosit, yang terdapat 2 jenis: limfosit B dan limfosit T, mereka membentuk 40-60% dari semua sel darah putih yang beredar.
  2. Granulosit, yang terdapat 3 jenis: heterophils, eosinofil dan basofil, ini bervariasi dalam ukuran, bentuk dan jumlah tergantung pada kondisi hiu saat ini, namun mereka umumnya merupakan 20-50%, 2-3%, dan kurang dari 1% masing-masing dari total sel darah putih.
  3. Monosit dan Makrofag merupakan sekitar 3% dari semua sel darah putih.
Trombosit diperkirakan berperan dalam pembekuan darah dan juga mungkin memiliki fungsi kekebalan tubuh tersebut membentuk hingga 20% dari sel darah hiu.

Kekebalan
Hiu memiliki 2 jenis kekebalan:
  1. Imunitas alami atau bawaan, ini menjadi garis pertahanan pertama terhadap serbuan patogen (sesuatu yang menyebabkan penyakit misalnya: bakteri atau virus). Hal ini sering disebut tidak-spesifik karena tidak tergantung pada peparan sebelumnya atau pengenalan molekul yang berbeda.
  2. Imunitas spesifik atau adaptif adalah ketika memori imunologi dihasilkan menyusul paparan awal untuk suatu patogen menular, sehingga jika patogen bertemu kembali sistem kekebalan tubuh dapat mengenali dan menyerang lebih cepat dan lebih efektif.

Suhu (Dalam tahap perampungan)

Gigi dan Rahang (Dalam tahap perampungan)

Organ Jantung Hiu (Dalam tahap perampungan)

Perut (Dalam tahap perampungan)

Hati (Dalam tahap perampungan)

Usus (Dalam tahap perampungan)

Ginjal (Dalam tahap perampungan)

Jaringan Lymphomyeloid (Dalam tahap perampungan)

Sistem Reproduksi: (Dalam tahap perampungan)
Jantan
Betina

Fertilisasi (Dalam tahap perampungan)

Virgin (Dalam tahap perampungan)

Penggerak (Dalam tahap perampungan)


Wednesday, January 30, 2013

Hiu Putih (Carcharodon Carcharias)




Hiu Putih (Carcharodon Carcharias)

FAMILY: Lamnidae   |   TAXONOMY: Squalus carcharias Linnaeus, 1758, Eropa.NAMA LAIN:
Inggris: Great White Shark; Prancis: Grand Requin Blanc; Spanyol: Jaquetón Blanco.


KARAKTERISTIK FISIK

Hiu Putih "Menembus Batas"

Photograph by Brandon Cole Marine Photography/Alamy


Sangat besar, mencapai 21,3 ft (6,5 m), lebih sering hingga 18 ft (5,5 m), dengan pertumbuhan gigi yang khas terdiri dari gigi besar berbentuk segitiga dengan gerigi pada kedua ujungnya, dan dengan katup lateral embrio. Mereka memiliki warna putih yang mencolok di bagian perut dan warna abu-abu hingga kebiru-biruan di bagian punggung dan sisi-sisinya (gradasi warna bagian perut dan punggung, jelas terlihat pada sisinya), celah insang besar, mempunyai sirip penyeimbang dibagian ekor yang berkembang dengan baik, sebuah sirip punggung (pertama) yang besar (jauh lebih besar dari kedua), sirip ekor besar bentuknya menyerupai bulan sabit, sedikit berwarna hitam pada ujung sirip dada di bagian perut, moncong berbentuk kerucut, dan mata besar hitam.



PENYEBARAN

Di Seluruh Dunia di pesisir perairan laut, dan juga di sekitar pulau-pulau samudra tropis, tetapi lebih umum pada daerah beriklim dingin dan hangat. Dibandingkan dengan spesies hiu yang lain tampaknya jarang atau tidak ada di sebagian besar Samudera Hindia barat, Indonesia, dan daerah tropis Amerika Tengah. Paling umum terdapat di California, Australia, dan Afrika Selatan.
HABITAT
Hiu putih pada dasarnya penghuni lempeng samudera, menjelajah melintasi perairan yang relatif dangkal baik didekat permukaan atau dekat dengan bagian bawah. Mereka juga ditemukan di pulau-pulau sepanjang samudra dan perairan pantai teluk dan bahkan pernah tertangkap pada rawai di perairan dalam sejauh 4.199 ft (1.280 m). Sanggup menjelajah di area pelagis.
PRILAKU
Hiu putih hidup menyendiri dan suka mengembara, tapi tidak jarang mereka terlihat berpasangan. Hiu putih juga sering terlihat melompat keluar dari air, ketika menerkam mangsa di permukaan. Mereka juga sering terlihat mengangkat kepalanya sepenuhnya keluar dari air, seolah-olah mengamati lingkungan sekitarnya. Hiu putih diketahui selalu ingin memuaskan keingintahuannya dengan mengitari objek/mangsa yang dituju, bahkan mereka sering melakukannya terhadap perahu nelayan ataupun penyelam. Ia juga pemburu yang dapat melesat dengan kecepatan yang tinggi. Saat makan hiu putih memutar mata mereka kebelakang didalam rongganya, untuk menghindarkan matanya dari serpihan mangsa dalam terkamannya.



EKOLOGI MAKANAN DAN POLA MAKAN

Hiu putih merupakan predator besar, mereka umumnya memakan ikan bertulang (dan juga berbagai macam ikan hiu, bahkan hiu basking), penyu, mamalia laut (pinnipeds dan bangkai ikan paus), dan bahkan burung laut yang bertumpu pada permukaan. Hiu putih juga memakan invertebrata (seperti kepiting), tapi sebagian besar makanannya adalah ikan dan mamalia laut yang diambil dari permukaan atau di kolom air. Hiu putih adalah salah satu predator utama di laut, namun terkadang mereka takluk dan dimangsa oleh Orca (si pembunuh paus).




REPRODUKSI BIOLOGI

Embrio berkembang di dalam uteri (yolk sac-vivipar), dan kanibalisme intra uterine (oophagy) dikonfirmasi, pada embrio telah ditemukan sejumlah besar membran kuning dan telur dalam perut mereka. Gigi juga telah ditemukan dalam perut embrio, namun embrio diyakini berkubang gigi mereka sendiri selama pengembangan, karena mereka menjalani penggantian gigi beberapa kali ketika belum lahir. Periode kehamilan sebagian besar tidak diketahui. Sebuah penerangan dari sembilan bayi hiu dilaporkan pada satu betina hamil dari Mediterania, dan dapat mencapai sampai 10 embrio (data dari Hiu Putih Mengandung di Jepang). Kurangnya pengetahuan mengenai reproduksi mereka adalah karena langkanya ditemukan betina bunting yang berkeliaran. Bisa jadi, ini merupakan indikasi pengasingan selama masa kehamilan atau bahkan rendahnya tingkat kesuburan. Ukuran panjang pada saat dewasa untuk betina antara 13,1 ft (4 m) dan 16,4 ft (5 m), sedangkan untuk pejantan berkisar 11,5 ft (3,5 m) dan 13,1 ft (4 m). Sang betina mencapa tingkat kematangan pada usia antara 12 sampai 14 tahun dan 9 sampai 10 untuk pejantan. Sementara panjang janin, berkisar 4 ft (1,2 m) sampai 5 ft (1,5 m) saat lahir, dan berat hingga 55 lb (25 kg). Percumbuan yang pernah  diamati hanya pada satu kasus saja. Pejantan menggigit sang betina agar tunduk menjelang penyatuan alat kelamin yang berlangsung selama 40 menit.



STATUS KONSERVASI

Sekarang ini terancam di banyak lokasi (misalnya, Australia, Afrika Selatan) dan sangat dilindungi di Australia, Afrika Selatan, Namibia, Israel, Malta, dan Amerika Serikat. Australia tampaknya satu-satunya negara di mana ada rencana pemulihan secara detil untuk jenis ini. Putih terdaftar sebagai Rawan oleh IUCN.



HUBUNGAN DENGAN MANUSIA

Hiu putih mungkin yang paling terkenal dari semua hiu, dengan reputasi yang tidak layak sebagai "man-eater" dan ancaman bagi manusia. Ada banyak serangan terhadap manusia disebabkan oleh spesies ini setiap tahun, tetapi rata-rata hanya sekitar tiga per tahun dari 1952-1992 (meningkat sedikit terhadap 1999). Serangan oleh putih sangat jarang, namun, namun cukup diperhitungkan untuk fenomena secara keseluruhan dari "serangan hiu". Sekitar 80% dari semua insiden gigitan hiu telah terjadi di daerah tropis, di mana umumnya hiu putih jauh lebih sedikit daripada di daerah beriklim sedang. Serangan oleh hiu putih bahkan lebih signifikan ketika kita menganggap bahwa lebih banyak orang meninggal akibat insiden dengan ternak dalam negeri (misalnya, babi) daripada yang meninggal karena serangan dari hiu ini. Sebagian besar gambar yang cukup berhasil memfitnah spesies ini adalah hasil dari film Jaws.
Bagaimanapun, itu adalah hiu putih yang sekarang ini dalam kesulitan akibat dibantai oleh nelayan/pemancing rekreasi dan komersial, baik secara sengaja untuk sebuah piala atau sekedar salah tangkap. Bertentangan dengan cerita rakyat nya, gambar Jaws, hiu putih mempunyai nilai lebih ketika hidup daripada mati dan merupakan aset yang sangat berharga untuk ekowisata di banyak lokasi, menarik minat sejumlah penonton yang tertarik dan rela membayar untuk melihat makhluk tersebut melalui kerangkeng yang ditenggelamkan. Barangkali tidak ada hiu lain yang begitu ditakuti dan kagumi seperti hiu putih. Sebuah simposium baru-baru ini (Hiu Putih Besar, The Biology of Carcharodon carcharias) merangkum banyak informasi berharga mengenai spesies ini.



Catatan: Disadur dari berbagai sumber




Sunday, January 27, 2013

Menghindar dari Serangan Hiu

Serangan Hiu dan Tips Agar Terhindar dari Serangan HiuBy: Uwais Al Qarni


Hiu membuat orang takut karena beberapa dari mereka bisa, dan kadang-kadang akan memakan manusia. Hiu menyerang manusia dari waktu ke waktu, tetapi risiko serangan sebetulnya sangat sedikit. Hanya sedikit dari spesies hiu diketahui telah menyerang, bahkan spesies tersebut menunjukkan perilaku ini sangat jarang. Hiu umumnya menyerang untuk membela diri, ketika seseorang telah berkeliaran ke lingkungan mereka, atau hiu secara tidak sengaja, karena hiu telah keliru mengidentifikasi seseorang sbagai mangsa standar mereka. Dalam kedua kasus, kemungkinan hiu akan lari setelah hanya satu gigitan. Hiu tidak memiliki minat khusus pada manusia sebagai sumber makanan. Antara 75 hingga 100 serangan hiu yang dilaporkan setiap tahun, kurang dari 20 serangan yang berakibat fatal. Secara statistik, ini adalah jumlah yang sangat rendah. Berdasarkan data yang saya himpun dari Global Shark Attack File -Di Indonesia sendiri, sejak tahun 2000 - 2012 hanya terjadi 4 kali serangan dan hanya 1 yang berakibat fatal. Itu pun sulit untuk dikatakan terjadi di Indonesia. Mari kita telisik data tersebut berikut ini:

  1. Pada tanggal 16 juni 2002  memberitakan seekor Hiu Macan (Tiger Shark) dengan panjang 3,7 meter tertangkap di perairan Indonesia, diturunkan dr kapal penangkap ikan yg merapat di Samut Prakan 20 km sebelah selatan Bangkok, Thailand. Dari dalam usus ikan hiu tersebut, ditemukan potongan tubuh manusia berupa lengan kanan dan kaki. Catatan forensik menunjukkan bagian tubuh tersebut dikonsumsi oleh hiu sekitar satu sampai dua minggu sebelumnya.
  2. M. Trott, Indo Surf Life, pada 05 dec 2010 memberitakan bahwa telah terjadi serangan hiu (species tidak teridentifikasi) terhadap Wei Ong yang sedang surfing di Balian Bali pada tanggal 03 des 2010. Korban selamat, hanya menderita luka cabik di tangan kanan.
  3. A.Brenneka,  memberitakan pada tanggal 13 April 2011 seekor Hiu Banteng (Bull Shark) dengan panjang 2,5 meter menyerang Joe Ferrar yang sedang surfing di Balian Bali. Korban selamat, hanya menderita luka cabik pada lengan.
  4. Daily Telegraph, 30 Nov 2011 memberitakan seorang pria 18 tahun bernama Mark Andrews menderita luka cabik pada tangan kanan akibat serangan hiu (species tidak teridentifikasi) saat sedang surfing di Tabanan Bali pukul 13.30. Korban selamat
Dalam kurun waktu 12 tahun (2000 - 2012) di Indonesia hanya terjadi 4 kali kasus serangan hiu, dan hanya menimbulkan satu korban jiwa. Secara statistik, data yang telah saya paparkan tadi terbilang cukup kecil untuk kita menjudge bahwa hiu itu hewan yang mengerikan. Namun tidak ada salahnya anda mewaspadai kemungkinan serangan hiu saat anda lagi menikmati liburan ke pantai. Bagaimana Tipsnya..!? cekidot...

  • Berpikirlah seperti ikan hiu. Jika anda melihat banyak ikan atau anjing laut, ada kemungkinan hiu tengah berada disekitar area tersebut. dan keberadaanmu dapat membuat mereka (hiu) keliru menjadikan kamu sebagai target.
  • Hindari terlihat seperti anjing laut. Berbaring di papan selancar, sementara tangan dan kaki anda bergerak mengayun. Hal tersebut dapat memberikan siluet anjing laut dari perspektif ikan hiu yang berada di bawah.
  • Berenanglah dalam kelompok atau setidaknya pastikan untuk mepunyai teman yang bersama Anda. Tetap waspada mengenai apa yang sedang terjadi dalam lingkungan air di sekitar anda.
  • Jangan berenang di perairan dimana hiu diketahui sering berkunjung. Konsultasikan dengan penjaga pantai atau pihak berwenang lainnya untuk informasi regional yang lebih spesifik.
  • Berenanglah diwaktu hari yang cerah. Pagi yang berkabut dan senja yang temaram dapat menyebabkan hiu untuk salah persepsi.
  • Hiu adalah makhluk dengan kebiasaan. Jangan berenang di daerah di mana serangan hiu baru-baru terjadi, karena hiu yang sama, atau individu lainnya, mungkin masih sering mengunjungi tempat tersebut.
  • Jika anda memiliki luka pendarahan atau luka yang terpapar, hindari untuk berenang diperairan terbuka, Darah, kotoran, bau bangkai akan menarik minat hiu. Wanita yang sedang menstruasi, jangan berenang dipantai.
  • Jangan gunakan pakaian renang berwarna cerah, papan selancar berwarna-warni dan perhiasan mengkilap menyerupai pancaran alami kulit ikan.
  • Perhatikan pola renang ikan. Jika ikan mulai bergerombol atau bergerak cepat, kemungkinan potensi predator hiu atau lainnya ada di dekat mereka.
  • Hiu kadang-kadang terjebak dalam laguna dan teluk kecil saat air surut, jadi hati-hati saat berenang di daerah tersebut pada waktu tersebut.
  • Menjauhi lumba-lumba dan burung laut. Mereka mungkin tidak hanya menarik hiu, tetapi juga sering mencari mangsa yang sama.
Okey Shark buddies.. Itu tadi sedikit gambaran tentang serangan hiu, dan tips agar terhindar dari serangan hiu. Semoga bermanfaat.


Daftar Istilah pada Ikan Hiu

Berikut ini adalah daftar istilah pada ikan hiu